Menjaga Diri dan Keluarga Dari Penyimpangan Seksual

Dalam sejarah terdapat pola yang disebut sunnatullah. Maksudnya adalah bahwa apa yang terjadi pada masa lalu akan berulang di masa mendatang. Hubungan sebab-akibat. Jika dulu ada sebab-sebab suatu kaum dimuliakan karena Al-Qur’an. Maka tidak ada jalan lain meraih kemuliaan kecuali Al-Qur’an. 

Jika pada masa lalu ada sebab-sebab suatu kaum dibinasakan akibat penyimpangan. Seperti prilaku kaum Nabi Luth. Seharusnya kita belajar dari sejarah untuk menghindarinya. Kaum Nabi Luth pertamakali melakukan kemaksiatan yang berlum pernah dilakukan umat sebelumnya. Diazab dengan azab juga tidak terjadi sebelumnya. Dimana bagian atas bumi dibalik kemudian dihujani batu. 

Sejarah memuat kisah-kisah menjadi pelajaran berharga kita hari ini dan masa mendatang. Sejarah seharusnya menjadi panduan kita menyelesaikan persoalan kehidupan. Jangan sampai terjatuh pada kesalahan yang sama.

Ada tiga pelajaran berharga dari kaum Nabi Luth ini.

Melampaui Batas

Dan ingatlah Luth ketika berkata pada kaumnya: Apakah kalian melakukan al-fahisyah yang belum pernah dilakukan seorangpun di alam ini. Sungguh kalian mendatangi laki-laki bukan wanita dengan penuh syahwat. Sungguh kalian kaum yang melampaui batas.” (Terjemahan QS. Al-A’raf: 81).

Ajaran syariat telah mengkondisikan manusia untuk tetap seimbang hidupnya. Untuk urusan cinta jika tidak seimbang akan timpang. Batasan dalam syariat sesungguhnya membuat manusia tetap pada fitrahnya. Senantiasa kita menjalankan dien agar tidak melanggar batasan syariat.

Bodoh

Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)” (Terjemahan QS. An-Naml: 55). 

Bodoh dalam hal ini kala memandang baik sesuatu yang tercela. Memandang sempurna sesuatu yang cacat. Sebelum terjadi bid’ah dalam ibadah, penyimpangan dalam pemikiran jauh lebih berbahaya. Segala sesuatu butuh ilmu, agar semua dilakukan punya arah. Membekali diri dengan ilmu dan pemahaman yang lurus.

Pemikiran yang Timpang

Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luṭh berkata, “Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?” (Terjemahan QS. Hud: 78).

Jika akalnya belum matang, sangat rentan menyimpang dari ajaran kebenaran. Kalau pemikirannya keliru tindakannya juga akan salah. Penyimpangan orientasi seksual ini berkaitan worldview. Mengubahnya dengan meluruskan pemahaman. Menjadikan Islam sebagai panduan hidup agar kita jelas memandang realitas kehidupan.

Solusi Pendidikan Keluarga

Pondasi ketahanan peradaban ada pada keluarga. Karenanya visi peradaban juga dibangun dalam rumah tangga. Visi melahirkan pemimpin, generasi yang punya pengaruh, punya kontribusi terhadap dien. 

Jika visi ini dipegang oleh setiap keluarga niscaya peradaban akan semakin kokoh. Apa yang terjadi saat ini, tidak sedikit ketahanan keluarga rapuh. Bukan hanya pengaruh keburukan, tiang keluarga yang lemah. 

Islam memberikan hukuman berat bagi pelaku kaum Nabi Luth ini. Hukumannya lebih berat daripada orang yang berzina. Jika hukuman zina ada yang dirajam, maka ini dijatuhkan dari tempat paling tinggi. Semestinya tidak dianggap obrolan biasa. Perlu ada upaya membentengi generasi muda apalagi jika sudah ditampilkan secara massif di depan publik. 

Pendidikan Islam seperti dibalik perintah shalat mengkondisikan seseorang pada fitrahnya. “Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun” sabda Nabi. “Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)” dalam riwayat Abu Dawud.

Usia baligh asalnya pada usia 15 tahun. Namun dari perintah shalat sejak kecil terdapat tahapan pendidikan. Sebelum berbicara tentang ibadah yang lainnya, dimulai dari shalat tercantum panduan kehidupan. 

Baca juga: ‘Amilatun Nashibah – Amalan yang Sia-sia

Ketika anak-anak dibawa ke Masjid, pengaturan shaf sudah menunjukkan jati dirinya. Shaf antar lelaki dan wanita dipisah. Lelaki di depan wanita di belakang. Sekalipun anak lelaki datang ke Masjid bersama ibunya, tetap posisinya di depan.

Kala di Masjid anak lelaki sudah tahu di mana shafnya begitupun wanita. Sejak usia tujuh tahun sudah jelas jenis kelaminnya. Pakaian yang dipakai menutup aurat juga menunjukkan statusnya jelas. Sampai pada tempat wudhu sudah terpisah. 

Islam mengajarkan sex education sejak dini. Anak-anak dididik agar tetap suci pada fitrahnya. Kala beranjak usia 10 tahun untuk memisahkan tempat tidur anak lelaki dan perempuan. Pendidikan keluarga punya peran strategis, anak lelaki berbeda dengan anak perempuan.

Ada larangan lelaki menyerupai wanita bahkan dilaknat oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. “Keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian.” Sabda Nabi dalam riwayat Imam Bukhari. Kalau hal ini sampai terjadi, agar dikeluarkan dari rumah. Mencegah agar tidak sampai menular.

Rasulullah sudah mengantisipasi kita umatnya untuk menjalankan dien secara benar. Betapa Islam telah menjaga fitrah manusia. Kerusakan akibat penyimpangan ini bisa menimpa semua penduduk negeri. “Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (Terjemahan QS. Al-Anfal: 25).

Perlu ada upaya dari setiap kita menjadi da’i amar ma’ruf nahi mungkar. Perlu ada usaha bentuk kepedulian dari kita terhadap kondisi umat. Resah dan gelisah kala kemungkaran makin dipublikasikan secara terbuka. 

Seharusnya orang-orang baik punya pengaruh dalam percakapan sosial. Jika tidak, keburukan yang akan mengisi pembicaraan media sosial. Mari manfaatkan potensi yang kita miliki. Menjadi content creator kebaikan, berusaha agar kebenaran lebih viral. Menjadi muslim yang punya dampak keshalihan. Jangan diam, kita butuh sekarang.[]

Oleh: Muhammad Scilta Riska

Home
Donasi
Zakat
Rekening